Rabu, 28 September 2016

Review Buku : Temukan Aku dalam Istikharahmu


Penerbit               : Zettu
Penulis                : Adi Rustandi
Tahun Terbit           : Cet. I 2014
Kertas&Halaman         : 256 Halaman
Ukuran Buku            : 14 cm x 21 cm
ISBN                   : 978-602-7999-84-8
Harga                  : Rp 48.000



 Novel ini mengisahkan tentang seorang perempuan yang begitu menginspirasi orang banyak, memiliki pengetahuan ilmu agama yang sangat mumpuni sehingga  tak jarang ia mengisi kajian islami di kampus-kampus maupun di panti asuhan. Namanya Rengganis. Ia tinggal bersama Bunda dan ke-2 adiknya karena Ayah yang begitu disayanginya sudah meninggal. Ia selalu ingin membuat orang-orang disekitarnya bahagia.  Pada awalnya ia memiliki cita-cita untuk masuk jurusan Biologi di ITB, UPI atau UNPAD tetapi jalan yang telah digariskan Allah swt menuntunnya untuk  masuk lembaga pendidikan ma’had yang membinanya menjadi sarjana yang berkompeten dalam ilmu islam, terampil menerjemahkan dan berkomunikasi dalam Bahasa Arab, ahli dalam menyebarkan nilai-nilai keislaman. 

Namun di usia yang tergolong matang, ia belum dipertemukan dengan jodohnya. Hal tersebut membuat Bundanya sangat khawatir, pasalnya di usia tiga puluh tujuh tahun ia belum juga menikah. Sesuatu yang begitu menyiksa batinnya. Hingga suatu ketika, ia bermimpi bertemu dengan sosok laki-laki yang sedang melantunkan ayat suci Al-Quran, surat Ar-Rahman. Sosok laki-laki itu tak menampakkan wajahnya karena wajahnya dipenuhi dengan cahaya putih, berkali-kali Rengganis memanggil laki-laki tersebut, lama sekali tak ada jawaban. 

“Izinkan aku melihat wajahmu hanya untuk sesaat,” 
     pinta rengganis dengan  diiringi air mata

“Mintalah kepada Allah swt, agar aku menjadi imammu!” 
   jawab laki-laki itu singkat

“tapi, siapa dirimu sebenarnya?” kembali rengganis bertanya

“ Kutunggu doamu, Adinda!” 

Hanya itulah jawaban dari sosok laki-laki yang tampak bercahaya. 

(hal 55)



Selang beberapa hari selepas mimpi itu, Rengganis dipertemukan dengan Muhammad Zain teman SD yang selama 25 tahun tak pernah bertemu karena Zain kuliah di Kairo. Akhirnya setelah 2 bulan berta’aruf  Zain ingin menjadikan rengganis pendamping hidupnya. Betapa bahagianya hati Rengganis, bertahun-tahun ia menunggu dan akhirnya di pertemukan dengan laki-laki sebaik Zain. Tetapi takdir Allah berkata lain, ditengah-tengah persiapan pernikahannya ia kembali diuji. Zain dan Bunda nya meninggal dalam kecelakaan. Hari-harinya terasa hampa. Hidupnya terpuruk. Beruntung ia mempunyai sahabat yang sangat baik, Nayla namanya. Sahabat yang selalu menjaga dan membantunya untuk bangkit. 

Setahun berlalu, lagi-lagi Rengganis diuji. Ia kehilangan penglihatannya, matanya tak dapat melihat karena kepala bagian belakang terbentur lantai yang menyebabkan kebutaan. Tanpa sepengetahuan Rengganis, ternyata selama ini Nayla juga mempunyai penyakit ginjal yang setiap sebulan sekali harus cuci darah. Nayla sudah tidak bisa bertahan dengan penyakitnya dan dengan setulus hati ia mendonorkan ‘ainun’ (dua bola mata nya) untuk Rengganis agar ia dapat melihat lagi. Di detik-detik terakhir, Nayla menuliskan surat untuk Rengganis, ia meminta maaf karena tidak bisa menemaninya lagi, ia harus pergi dan meminta doa tulus dari sahabatnya itu.

 Kak Ganis, doakan Nayla di setiap shalat kak Ganis, ya. Insya Allah, Nayla pasti mendengar doa-doa Kak Ganis. Maafkan Nayla harus pergi. 

Kak Ganis, Nayla mencintai Kak Ganis karena Allah. Dan Nayla pun berharap, kak Ganis pun mencintai Nayla karena Allah swt. Sampai bertemu di surga nanti, ya! Insya Allah, aamiin…..

Sahabatmu,
Yang selalu merindukanmu.
Nayla 

(hal 219)
 

Kini Rengganis hanya mempunyai Ratih dan Iman. Tak ada lagi sahabat yang selalu berada di sampingnya. Ia belajar menerima segala ujian, selalu mengadukan semua beban dihatinya pada Allah, penggenggam hati serta jiwa setiap hamba. 
                                
Di saat ia dan ke-dua adiknya berziarah ke makam Nayla, kembali Rengganis diingatkan pada mimpinya yang dipertemukan dengan sosok laki-laki dengan wajah berselimut cahaya tengah melantunkan surat Ar-Rahman, laki-laki itu memakai pakaian serba putih. 

Di makam itulah ia dipertemukan, sosok laki-laki yang selama ini ada dalam mimpi-mimpi nya. Perlahan, ia menetapkan hati mendekati sosok tersebut. Air matanya tak berhenti mengalir. Laki-laki itu adalah Hanif. Orang yang dulu pernah Nayla kenalkan pada Rengganis. Sejak pertemuan itu, ternyata Hanif diam-diam menyimpan rasa untuk Rengganis, ia selalu meminta Nayla mengirim kabar Rengganis padanya.  


“jujur, sejak pertemuan dua tahun lalu dikantin. Meski kita tak banyak bicara, Hanif selalu perhatikan sikap Ganis. Sebelum Hanif pergi ke Jepang, Hanif selalu ikuti kajian Ganis. Meski curi-curi, Hanif selalu perhatikan Ganis. Sekali pun Hanif jauh dari Ganis, ada alm. Nayla yang selalu mengirim informasinya sama Hanif. Jujur, Hanif sempat kecewa ketika Ganis akan menikah dengan alm.Zain. Namun, Hanif berusaha memasrahkan semua kepada Allah.” Kata Hanif pada Rengganis

“Ganis, dalam kepasrahan itu, Hanif terus berdoa dalam shalat-shalat Hanif. Hanif selalu meminta yang terbaik untuk kehidupan Hanif dan Ganis…..”

“Hanif ingin menjadi bagian dari keluarga Ganis. Hanif ingin mencintai dan menyayangi Ganis karena Allah. Hanif ingin menjadi imam Ganis, di dunia dan akhirat nanti. Untuk itu, maukah Ganis menjadi Istri Hanif? “ suaranya benar-benar berat dan terbata-bata.

“Ganis hanya bisa jawab, temukan Ganis dalam istikharah Hanif!”
“Baiklah, Ganis. Semoga Allah pilihkan yang terbaik untuk masa depan Hanif dan masa depan Ganis. Doakanlah Hanif di setiap shalat Ganis, Insya Allah, Hanif selalu doakan Ganis!”

(hal 235-240)
 

Dua bulan kemudian, Hanif dan Rengganis mengikat janji suci dengan proses ijab qobul yang begitu khusuk. Subhanallah sungguh Maha besar Allah...

“Semua milik Allah. Jodoh Allah yang ngurus. Kalau bukan jodoh meskipun mati-matian buat ngedapetin dia, nggak akan bisa. Dan kalau sudah jodoh meskipun dihalang-halangi juga nggak akan bisa. Dan kita juga belum tentu panjang umur!” 

“yang paling penting adalah kita dekat sama Allah. Pasti di ridhai Allah, titik.” Kata Aa Gym mengakhiri ceramah pagi itu

(hal 244)

Novel islami yang begitu menginspirasi, kesabaran dari tokoh Rengganis patut di contoh. Dengan berbagai ujian dia mampu bangkit dan tetap berprasangka baik pada Allah. Dalam novel ini pula, kita dapat belajar tentang persahabatan yang terjalin antara Nayla dan Rengganis. Persahabatan yang di bangun karena Allah dengan ketulusan, keimanan. Masa-masa menunggu jodoh bagi seorang wanita yang sekian lama dirindukan, sosok imam dunia-akhirat yang pada akhirnya dipertemukan melalui proses yang panjang.

Bener-bener terharu baca ni Novel......

 Semarang , 28 September 2016
(endahshofya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar