Penerbit : Zettu
Penulis
: Adi Rustandi
Tahun Terbit : Cet. I
2014
Kertas&Halaman : 256 Halaman
Ukuran
Buku : 14 cm x 21 cm
ISBN : 978-602-7999-84-8
Harga
: Rp 48.000
Novel ini mengisahkan tentang seorang perempuan yang begitu menginspirasi
orang banyak, memiliki pengetahuan ilmu agama yang sangat mumpuni sehingga
tak jarang ia mengisi kajian islami di kampus-kampus maupun di panti
asuhan. Namanya Rengganis. Ia tinggal bersama Bunda dan ke-2 adiknya karena
Ayah yang begitu disayanginya sudah meninggal. Ia selalu ingin membuat
orang-orang disekitarnya bahagia. Pada awalnya ia memiliki cita-cita
untuk masuk jurusan Biologi di ITB, UPI atau UNPAD tetapi jalan yang telah
digariskan Allah swt menuntunnya untuk masuk lembaga pendidikan ma’had
yang membinanya menjadi sarjana yang berkompeten dalam ilmu islam, terampil
menerjemahkan dan berkomunikasi dalam Bahasa Arab, ahli dalam menyebarkan
nilai-nilai keislaman.
Namun di usia yang tergolong matang, ia belum
dipertemukan dengan jodohnya. Hal tersebut membuat Bundanya sangat khawatir,
pasalnya di usia tiga puluh tujuh tahun ia belum juga menikah. Sesuatu yang
begitu menyiksa batinnya. Hingga suatu ketika, ia bermimpi bertemu dengan sosok
laki-laki yang sedang melantunkan ayat suci Al-Quran, surat Ar-Rahman. Sosok
laki-laki itu tak menampakkan wajahnya karena wajahnya dipenuhi dengan cahaya
putih, berkali-kali Rengganis memanggil laki-laki tersebut, lama sekali tak ada
jawaban.
“Izinkan aku melihat wajahmu hanya
untuk sesaat,”
pinta rengganis dengan diiringi air mata
pinta rengganis dengan diiringi air mata
“Mintalah kepada Allah swt, agar aku
menjadi imammu!”
jawab laki-laki itu singkat
jawab laki-laki itu singkat
“tapi, siapa dirimu sebenarnya?”
kembali rengganis bertanya
“ Kutunggu doamu, Adinda!”
Hanya itulah jawaban dari sosok
laki-laki yang tampak bercahaya.
(hal 55)
Selang beberapa hari selepas mimpi itu, Rengganis
dipertemukan dengan Muhammad Zain teman SD yang selama 25 tahun tak pernah
bertemu karena Zain kuliah di Kairo. Akhirnya setelah 2 bulan berta’aruf
Zain ingin menjadikan rengganis pendamping hidupnya. Betapa bahagianya
hati Rengganis, bertahun-tahun ia menunggu dan akhirnya di pertemukan dengan
laki-laki sebaik Zain. Tetapi takdir Allah berkata lain, ditengah-tengah
persiapan pernikahannya ia kembali diuji. Zain dan Bunda nya meninggal dalam
kecelakaan. Hari-harinya terasa hampa. Hidupnya terpuruk. Beruntung ia
mempunyai sahabat yang sangat baik, Nayla namanya. Sahabat yang selalu menjaga
dan membantunya untuk bangkit.
Setahun berlalu, lagi-lagi Rengganis diuji. Ia
kehilangan penglihatannya, matanya tak dapat melihat karena kepala bagian
belakang terbentur lantai yang menyebabkan kebutaan. Tanpa sepengetahuan
Rengganis, ternyata selama ini Nayla juga mempunyai penyakit ginjal yang setiap
sebulan sekali harus cuci darah. Nayla sudah tidak bisa bertahan dengan
penyakitnya dan dengan setulus hati ia mendonorkan ‘ainun’ (dua bola mata
nya) untuk Rengganis agar ia dapat melihat lagi. Di detik-detik terakhir,
Nayla menuliskan surat untuk Rengganis, ia meminta maaf karena tidak bisa
menemaninya lagi, ia harus pergi dan meminta doa tulus dari sahabatnya itu.
Kak Ganis, doakan Nayla di
setiap shalat kak Ganis, ya. Insya Allah, Nayla pasti mendengar doa-doa Kak
Ganis. Maafkan Nayla harus pergi.
Kak Ganis, Nayla mencintai Kak Ganis
karena Allah. Dan Nayla pun berharap, kak Ganis pun mencintai Nayla karena
Allah swt. Sampai bertemu di surga nanti, ya! Insya Allah, aamiin…..
Sahabatmu,
Yang selalu merindukanmu.
Nayla
(hal 219)
Kini Rengganis hanya mempunyai Ratih dan Iman. Tak ada
lagi sahabat yang selalu berada di sampingnya. Ia belajar menerima segala
ujian, selalu mengadukan semua beban dihatinya pada Allah, penggenggam hati
serta jiwa setiap hamba.
Di saat ia dan ke-dua adiknya berziarah ke makam Nayla,
kembali Rengganis diingatkan pada mimpinya yang dipertemukan dengan sosok
laki-laki dengan wajah berselimut cahaya tengah melantunkan surat Ar-Rahman,
laki-laki itu memakai pakaian serba putih.
Di makam itulah ia dipertemukan, sosok laki-laki yang
selama ini ada dalam mimpi-mimpi nya. Perlahan, ia menetapkan hati mendekati
sosok tersebut. Air matanya tak berhenti mengalir. Laki-laki itu adalah Hanif.
Orang yang dulu pernah Nayla kenalkan pada Rengganis. Sejak pertemuan itu,
ternyata Hanif diam-diam menyimpan rasa untuk Rengganis, ia selalu meminta
Nayla mengirim kabar Rengganis padanya.
“jujur, sejak pertemuan dua tahun lalu
dikantin. Meski kita tak banyak bicara, Hanif selalu perhatikan sikap Ganis.
Sebelum Hanif pergi ke Jepang, Hanif selalu ikuti kajian Ganis. Meski
curi-curi, Hanif selalu perhatikan Ganis. Sekali pun Hanif jauh dari Ganis, ada
alm. Nayla yang selalu mengirim informasinya sama Hanif. Jujur, Hanif sempat
kecewa ketika Ganis akan menikah dengan alm.Zain. Namun, Hanif berusaha
memasrahkan semua kepada Allah.” Kata Hanif pada Rengganis
“Ganis, dalam kepasrahan itu, Hanif
terus berdoa dalam shalat-shalat Hanif. Hanif selalu meminta yang terbaik untuk
kehidupan Hanif dan Ganis…..”
“Hanif ingin menjadi bagian dari
keluarga Ganis. Hanif ingin mencintai dan menyayangi Ganis karena Allah. Hanif
ingin menjadi imam Ganis, di dunia dan akhirat nanti. Untuk itu, maukah Ganis
menjadi Istri Hanif? “ suaranya benar-benar berat dan terbata-bata.
“Ganis hanya bisa jawab, temukan Ganis
dalam istikharah Hanif!”
“Baiklah, Ganis. Semoga Allah pilihkan
yang terbaik untuk masa depan Hanif dan masa depan Ganis. Doakanlah Hanif di
setiap shalat Ganis, Insya Allah, Hanif selalu doakan Ganis!”
(hal 235-240)
Dua bulan kemudian, Hanif dan Rengganis mengikat janji suci
dengan proses ijab qobul yang begitu khusuk. Subhanallah sungguh
Maha besar Allah...
“Semua milik Allah. Jodoh Allah yang
ngurus. Kalau bukan jodoh meskipun mati-matian buat ngedapetin dia, nggak akan
bisa. Dan kalau sudah jodoh meskipun dihalang-halangi juga nggak akan bisa. Dan
kita juga belum tentu panjang umur!”
“yang paling penting adalah kita dekat
sama Allah. Pasti di ridhai Allah, titik.” Kata Aa Gym mengakhiri ceramah pagi
itu
(hal 244)
Novel islami yang begitu menginspirasi, kesabaran dari
tokoh Rengganis patut di contoh. Dengan berbagai ujian dia mampu bangkit dan
tetap berprasangka baik pada Allah. Dalam novel ini pula, kita dapat belajar
tentang persahabatan yang terjalin antara Nayla dan Rengganis. Persahabatan
yang di bangun karena Allah dengan ketulusan, keimanan. Masa-masa menunggu
jodoh bagi seorang wanita yang sekian lama dirindukan, sosok imam dunia-akhirat
yang pada akhirnya dipertemukan melalui proses yang panjang.
Bener-bener terharu baca ni Novel......
Semarang
, 28 September 2016
(endahshofya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar